Daya tarik dan keunikan Bukit Sulap
Bukit Sulap yang juga simbol wisata alam di Sumatra Selatan, dinamakan demikian bukan tanpa alasan. Seperti sulap, bukit satu ini tetap memperlihatkan bentuk yang sama meskipun dilihat dari sisi berbeda. Selain itu, bukit akan terlihat dekat jika dipandang dari tengah Kota Lubuklinggau. Namun begitu didekati, justru terasa semakin jauh dan lama untuk sampai ke lokasi tersebut.
Apalagi di pagi hari, bukit ini seolah menghilang tak terlihat dari pandangan. Bukan karena sihir, melainkan kabut tebal yang menutupi. Baru lah jika cuaca cerah di siang hari, Bukit Sulap akan kembali tampak.
Sebab penasaran dengan kebenaran di balik namanya, lokasi wisata yang terletak di Jalan Bengawan Solo, Kelurahan Ulak Surung, Kecamatan Lubuk Linggau Utara II, Kota Lubuklinggau ini sangat ramai dikunjungi wisatawan. Akses menuju tempat pun terbilang mudah. Bukit Sulap bisa ditempuh sekitar delapan jam berkendara dari Palembang, dan hanya berjarak 2,1 kilometer--sekitar 30 menit-- dari pusat kota Lubuklinggau.Bukit Sulap merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Sablat. Sebagai hutan lindung, kawasan ini tentu memiliki tumbuhan serta beragam keunikan lainnya yang tak boleh diperlakukan sembarangan.
Antara lain tumbuhan serupa bambu, tetapi dengan ranting kuning yang berduri. Pun bambu yang batangnya berlubang, tetapi dahan dan rantingnya buntu. Ada juga situs sejarah berupa empat makam tua yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar. Termasuk sungai kesie di lereng bukit yang terkenal memiliki aliran air bening dan jernih khas pegunungan. Belum cukup sampai di situ, letak Bukit Sulap berada di puncak tertinggi. Yakni 700 meter di atas permukaan laut. Dari puncak Anda bisa menyaksikan seluruh penjuru kota Lubuklinggau di tengah asrinya pepohonan, eloknya jajaran bukit barisan, sekaligus menikmati keindahan matahari terbit dan terbenam.Menariknya lagi, kini ada dua alternatif yang bisa Anda coba untuk mencapai puncak Bukit Sulap. Yaitu dengan mendaki selama satu jam dengan berjalan kaki melewati jalan setapak tanah yang berbatu, atau menggunakan kereta miring selama 30 menit. Kereta miring, inclinator, atau yang juga disebut oleh penduduk sekitar sebagai kereta gantung, menjadi daya tarik baru bagi wisatawan yang enggan berlelah-lelah untuk sampai ke puncak.
Bukan seperti kereta yang berjalan di rel lurus, kereta miring memberi sensasi berjalan ke atas, sesuai dengan kemiringan medan yang dilalui. "Kereta miring di Lubuklinggau merupakan yang terpanjang se-Indonesia," kata Prana Putra Sohe, Wali Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan dikutip CNN Indonesia.
Tentu saja. Trek kereta miring memiliki panjang sekitar 600 meter yang dibagi menjadi empat pos. Pos 1 dan 2 sepanjang 260 meter dengan kemiringan 22 derajat. Pos 2 dan 3 sepanjang 180 meter dengan kemiringan 35 derajat. Sementara pos 3 dan 4 memiliki kemiringan paling ekstrem, yakni 40 derajat sepanjang 160 meter.Selama di dalam kereta, wisatawan bisa menikmati pemandangan kota Lubuklinggau beserta beberapa ikonnya, seperti Masjid Agung As Salam dan Sungai Keling. "Bukit Sulap menjadi lebih ramai karena banyak yang ingin merasakan kereta miring. Siap-siap mengantre saat datang di musim liburan," ujar Prana.
Walau demikian jalur mendaki tetap tak kalah menarik. Anda yang gemar bertualang bisa melihat, berinteraksi, dan menikmati langsung ragam keunikan di Bukit Sulap. Di lerengnya, pemerintah setempat telah membangun beberapa sarana penunjang wisata, seperti aula dan gazebo. Di beberapa titik juga dibangun gardu pandang, untuk melihat keindahan panorama kota dari ketinggian bukit. Bukit Sulap pun kerap dijadikan ajang perlombaan sepeda gunung tingkat internasional. "Saat mendaki, wisatawan juga bisa melihat jalur sepeda terganas di Indonesia dengan latar belakang air terjun Bukit Sulap," tutup Prana.Sumber: beritagar.id/Zoraya Ralie